basin-kongo-2jpg-20250616100622

Hutan Kongo. (f: cnn)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Hutan sejatinya merupakan anugerah alam yang mampu membawa kemakmuran bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Berbagai hasil hutan dapat dimanfaatkan untuk menopang kehidupan manusia. Namun, pengelolaan hutan yang serampangan dan berorientasi pada keserakahan justru menjerumuskan masyarakat sekitar ke dalam jurang kemiskinan.

Ironisnya, kondisi tersebut terjadi di sejumlah negara yang memiliki kawasan hutan terluas di dunia. Republik Demokratik Kongo, Burundi, dan Indonesia menjadi contoh negara kaya hutan, tetapi masyarakat di sekitar kawasan hutan justru banyak yang hidup dalam kemiskinan.

Republik Demokratik Kongo merupakan pemilik hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia setelah Amazon. Hutan Cekungan Kongo membentang seluas sekitar 3,3 juta kilometer persegi dan menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna. Hutan ini juga berperan penting dalam menyerap karbon dan menekan laju pemanasan global. Namun, deforestasi yang masif terus terjadi. Pada 2022, tercatat lebih dari 15 ribu kilometer persegi tutupan hutan hilang. Di tengah kekayaan alam tersebut, hampir tiga perempat penduduk Kongo hidup dalam kemiskinan ekstrem dengan penghasilan kurang dari 1,90 dolar AS per hari.

Kondisi serupa juga dialami Burundi. Negara kecil di Afrika Timur ini memiliki kawasan hutan alami yang cukup luas, namun terus tergerus akibat ekspansi pertanian dan ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar. Sebagian besar penduduk Burundi tinggal di pedesaan dan menggantungkan hidup pada hasil alam. Meski demikian, lebih dari 80 persen penduduknya tergolong miskin dan tingkat kekurangan gizi anak masih sangat tinggi.

Indonesia pun menghadapi ironi yang sama. Sebagai salah satu negara dengan tutupan hutan terluas di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 125 juta hektare kawasan hutan. Namun, pembalakan liar, alih fungsi lahan, serta kebakaran hutan dan lahan terus mendorong laju deforestasi. Data menunjukkan deforestasi netto pada 2024 mencapai ratusan ribu hektare. Kekayaan hutan tersebut belum sepenuhnya berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Data Badan Pusat Statistik mencatat puluhan ribu desa berada di sekitar kawasan hutan, dengan lebih dari sepertiganya masuk kategori miskin. Hingga 2025, ribuan desa di dalam dan sekitar kawasan hutan masih tergolong miskin, sementara lebih dari separuh penduduk miskin Indonesia berada di wilayah perdesaan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan yang tidak berkeadilan dan berkelanjutan dapat menjadikan kekayaan alam sebagai ironi. Diperlukan kebijakan yang berpihak pada masyarakat sekitar hutan agar sumber daya alam benar-benar menjadi sumber kesejahteraan, bukan kemiskinan. MK-cnn

Redaktur : Munawir Sani