Di Balik Manisnya Cokelat, Ini Sisi Gelap dan Sejarah Panjangnya
Foto: Getty Images
JAKARTA(marwahkepri.com) – Cokelat selama ini identik dengan rasa manis dan momen kebahagiaan. Namun di balik kelezatannya, cokelat menyimpan beragam fakta unik sekaligus sisi kontras yang jarang diketahui publik.
Berasal dari biji kakao, cokelat telah menjadi bagian dari sejarah manusia sejak ribuan tahun lalu. Selain pernah dianggap sebagai bahan sakral dan bernilai tinggi dalam berbagai peradaban kuno, cokelat juga memiliki peran penting dalam sejarah militer modern. Di sisi lain, industri kakao hingga kini masih dihadapkan pada persoalan serius terkait praktik ketenagakerjaan.
Mengutip The Collector (15/12/2025), berikut sejumlah fakta menarik dan mengejutkan tentang cokelat yang dikonsumsi di seluruh dunia.
Industri cokelat global masih dibayangi persoalan pekerja anak dan praktik kerja paksa, terutama di Afrika Barat yang menjadi wilayah penghasil kakao terbesar dunia. Negara seperti Ghana dan Pantai Gading dilaporkan memiliki jutaan anak di bawah umur yang terlibat dalam pekerjaan di perkebunan kakao dengan upah sangat rendah. Praktik serupa juga ditemukan di Brasil serta diduga terjadi di sejumlah wilayah Amerika Selatan lainnya.
Selain sisi kelam tersebut, cokelat juga memiliki catatan unik dalam sejarah militer Amerika Serikat. Pada 1937, Angkatan Darat AS meminta The Hershey Company memproduksi cokelat khusus untuk ransum prajurit yang dikenal sebagai D Ration Bar. Cokelat ini dirancang padat energi, tahan panas, namun sengaja dibuat tidak terlalu lezat agar tidak dikonsumsi berlebihan. Selama Perang Dunia II, cokelat ini menjadi bagian standar ransum tentara meski banyak prajurit mengeluhkan rasanya.
Dari sisi sejarah, cokelat telah dikonsumsi manusia sejak lebih dari 5.000 tahun lalu. Bukti arkeologis menunjukkan peradaban Mayo-Chinchipe di wilayah Amazon Ekuador merupakan kelompok awal yang membudidayakan kakao. Tradisi ini kemudian berkembang di peradaban Olmek, Maya, dan Aztek, yang mengonsumsi cokelat dalam bentuk minuman pahit bercampur cabai dan rempah untuk ritual dan pengobatan.
Bagi suku Aztek, cokelat bahkan dianggap sebagai pemberian dewa. Mereka meyakini kakao adalah hadiah dari Dewa Quetzalcoatl. Minuman cokelat hanya dikonsumsi kalangan elite, sementara biji kakao digunakan sebagai alat tukar. Keyakinan ini pula yang menginspirasi penamaan ilmiah kakao, Theobroma cacao, yang berarti “makanan para dewa”.
Saat ini, cokelat telah menjadi komoditas global dengan tingkat konsumsi tinggi, terutama di Eropa. Swiss tercatat sebagai negara dengan konsumsi cokelat per kapita tertinggi di dunia, mencapai sekitar 8,8 kilogram per orang per tahun. Angka tersebut disusul Austria, Jerman, Irlandia, dan Inggris. Sementara itu, konsumsi cokelat di Amerika Serikat berada di kisaran 4,5 kilogram per orang per tahun.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa cokelat bukan sekadar camilan, melainkan bagian dari sejarah panjang peradaban manusia dengan berbagai sisi terang dan gelap yang menyertainya. MK-mun
Redaktur : Munawir Sani
