Gangguan Mental Pada Anak di Indonesia Meningkat, HP jadi Pemicu

IMG_9446

Ilustrasi gangguan mental. (Foto: Halodoc)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap meningkatnya temuan gangguan kesehatan mental pada anak-anak di Indonesia. Berdasarkan hasil skrining kesehatan gratis (CKG), prevalensi gangguan mental pada anak mencapai 5 persen, atau lima kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang hanya berada di kisaran 0,8–0,9 persen.

Temuan ini disampaikan Menkes dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Komite Kebijakan Sektor Kesehatan (KKSK) 2025, Senin (8/12/2025).

“Dewasa yang ditemukan gangguan mental hanya 0,8 hingga 0,9 persen, tetapi anak-anak itu 5 persen,” kata Budi.

Menkes menyoroti penggunaan gawai yang semakin intens sejak usia dini sebagai salah satu faktor yang membuat anak lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi.

Menurutnya, perubahan pola interaksi sosial akibat dominasi aktivitas digital dapat berdampak langsung pada perkembangan psikologis anak.

“Banyak anak mengalami gangguan kejiwaan, terutama dengan adanya teknologi baru seperti gawai yang mereka pakai terus-menerus,” ujar Budi.

Mayoritas kasus gangguan jiwa yang ditemukan merupakan kecemasan (anxiety) dan depresi.

Budi mengungkapkan, layanan darurat 119 telah menerima hampir 100 ribu aduan terkait masalah kesehatan mental, sebagian besar berasal dari laporan kecemasan.

Secara global, WHO mencatat satu dari delapan orang mengalami gangguan mental. Di Indonesia, jumlahnya diperkirakan mencapai lebih dari 35 juta orang, namun banyak yang belum terdiagnosis akibat minimnya skrining dan kuatnya stigma.

Menkes menegaskan pentingnya penanganan komprehensif terhadap gangguan kesehatan mental, mulai dari deteksi dini hingga pengobatan.

“Gangguan mental membutuhkan intervensi dari yang ringan sampai berat, mulai dari konseling sampai pengobatannya,” tuturnya. MK-mun/dtk

Redaktur: Munawir Sani