Sudah Kencani 300 Pria dalam 8 Tahun, Wanita Jepang Ini Masih Belum Dapat Jodoh!

nushi-1763980357199

Nushi, wanita Jepang yang viral karena kencan buta dengan 300 pria dalam delapan tahun. (f: twitter)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Seorang wanita Jepang bernama Nushi menjadi sorotan publik setelah delapan tahun menjalani kencan buta tanpa henti demi menemukan pasangan ideal. Meski sudah bertemu 300 pria, wanita berusia 30-an ini belum juga menemukan jodoh karena kriterianya yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Nushi, yang berasal dari wilayah Chubu, mulai aktif mencari pasangan sejak usia 22 tahun. Ia terpengaruh oleh teman-temannya yang sudah mulai menikah saat masa kuliah. Sejak itu, ia mengikuti berbagai layanan perjodohan hingga secara terbuka membuka “lamaran pasangan” melalui media sosial.

Awalnya, kriteria yang ia cari sederhana — seseorang yang punya kecocokan saat mengobrol. Namun seiring bertambahnya pengalaman, standar tersebut berubah drastis.

Kini, Nushi mencari pria lebih muda, tampan, bertubuh tinggi, lulusan universitas ternama, dan memiliki penghasilan minimal 10 juta yen (setara Rp 1 miliar) per tahun.

Padahal penghasilan Nushi sendiri sekitar 3 juta yen per tahun.

“Ketika mendekati pertengahan usia tiga puluhan, saya menyadari pria lebih muda itu lebih baik,” ujar Nushi sambil tertawa.

Namun perjuangannya tidak mudah. Banyak pria yang menolaknya karena tidak tertarik menikah segera, mempertanyakan tujuan kencannya, atau menganggapnya hanya “mengoleksi pengalaman kencan”.

Meski begitu, Nushi mengaku menikmati prosesnya.

“Seru. Bertemu dan mengobrol dengan orang yang belum pernah saya temui sebelumnya adalah pengalaman yang luar biasa,” ujarnya.

Selama delapan tahun ini, ia sudah menghabiskan sekitar 3 juta yen hanya untuk biaya kencan perjodohan.

Bagi Nushi, kencan bukan sekadar mencari jodoh, tetapi juga pengalaman sosial yang memperluas pandangan hidupnya. Meski belum menemukan pasangan sempurna, ia tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti dalam waktu dekat. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani