Zohran Mamdani, Politisi Muslim Muda Calon Kuat Wali Kota New York

1001368918

Calon Walikota New York, Zohran Mamdani. (f: cnn)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Pemungutan suara pemilihan wali kota New York resmi ditutup pada Selasa, 4 November 2025. Mundurnya Eric Adams, petahana dari Partai Demokrat, membuka peluang bagi lahirnya pemimpin baru di kota terbesar Amerika Serikat itu. Tiga nama mencuat sebagai kandidat utama: Zohran Mamdani dari Partai Demokrat, Curtis Sliwa dari Partai Republik, dan mantan Gubernur Andrew Cuomo yang maju sebagai calon independen.

Curtis Sliwa, sosok konservatif yang dikenal sebagai pembawa acara radio, merupakan pendiri kelompok sipil Guardian Angels yang berpatroli secara sukarela untuk menekan kriminalitas. Sementara itu, Andrew Cuomo — mantan gubernur berhaluan tengah — mundur dari jabatannya pada 2021 setelah tersandung kasus pelecehan seksual. Kekalahannya dari Mamdani dalam konvensi Demokrat pada Juni lalu membuatnya memilih jalur independen.

Dengan dua pesaing yang dinilai kurang kuat, Zohran Mamdani kini menjadi kandidat unggulan yang berpeluang besar memenangkan kursi wali kota.

Mamdani, politisi muda Partai Demokrat yang lahir di Uganda dari keluarga keturunan India, merupakan anak dari sutradara ternama Mira Nair dan akademisi Mahmood Mamdani. Ia pindah ke New York pada usia tujuh tahun dan kini dikenal sebagai politisi progresif yang kerap menyuarakan isu keadilan sosial dan keterjangkauan perumahan.

Karier politik Mamdani melesat cepat. Ia terpilih sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2020 dan mengejutkan banyak pihak ketika mengumumkan pencalonan wali kota pada 2024. Kemenangannya atas Cuomo di konvensi Demokrat, dengan perolehan suara 56,4 persen, memperkuat reputasinya sebagai bintang baru politik Amerika.

Sebagai anggota Democratic Socialists of America, Mamdani membawa agenda yang berorientasi pada keadilan ekonomi. Ia mendorong penerapan pajak tetap 2 persen bagi warga berpenghasilan di atas 1 juta dolar AS per tahun, kenaikan pajak perusahaan, transportasi bus gratis, upah minimum 30 dolar AS per jam (sekitar Rp465 ribu), serta perluasan layanan penitipan anak publik.

“Kita harus berbicara dengan bahasa yang dapat dipahami semua orang — bahasa yang membuat mereka merasa terwakili,” kata Mamdani kepada New Statesman pada September lalu.

Namun, pandangan politiknya yang condong ke kiri membuat sebagian pihak menilai kebijakannya terlalu ekstrem. Mantan Gubernur New York David Paterson menyebut retorika Mamdani berpotensi memecah belah publik, sementara investor Bill Ackman menilai kebijakan “antibisnis”-nya bisa menghambat pertumbuhan ekonomi kota.

Dukungan Mamdani terhadap rakyat Palestina juga menimbulkan perdebatan di tengah komunitas Yahudi New York, meski sebagian besar tetap menyatakan dukungan padanya.

Sebagai kota dengan populasi 8,5 juta jiwa dan anggaran mencapai 116 miliar dolar AS, jabatan wali kota New York memiliki pengaruh besar di tingkat nasional maupun global. Banyak wali kota sebelumnya yang menjadikan posisi ini sebagai batu loncatan politik menuju panggung nasional.

Jika Mamdani terpilih, hubungan antara dirinya dengan Presiden Donald Trump — yang kini kembali menjabat — diperkirakan akan penuh dinamika. Trump sempat menyebut Mamdani sebagai “komunis gila”, namun sang kandidat muda merespons dengan tenang.
“Saya akan bekerja sama dengan Presiden Trump demi kepentingan warga New York, tapi saya tidak akan tunduk padanya,” ujarnya dalam wawancara dengan duo satir politik The Good Liars.

Dengan visi politik yang progresif dan gaya kepemimpinan muda, kemenangan Zohran Mamdani dapat menandai babak baru politik New York — sekaligus membuka diskursus baru tentang arah masa depan kota paling berpengaruh di Amerika Serikat itu. MK-mun

Redaktur : Munawir Sani