India Tantang Dominasi China, Suntik Rp10,5 Triliun untuk Bangun Industri Komponen Elektronik

AQMTzXyzqr06NFIce0s_g7PD5mNVmQI--vZON5uR4UOFR46PiKY0arNOkbksKeRNqJgPKRoxofEJUkvZcZ5WgfdpwvTeq1R9QNZPVpe7e5GdHt3yEhcKs9p6vA4gMTxhZo9ruo3XhEHrPS3wqaCl1UYHOu8d

Ilustrasi

New Delhi (marwahkepri.com) – India semakin serius membangun kemandirian industri teknologinya. Pemerintah negara itu baru saja menyetujui tujuh proyek manufaktur baru senilai US$626 juta (sekitar Rp10,5 triliun) untuk memperkuat rantai pasok elektronik dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap China.

Langkah ini merupakan bagian dari Electronic Components Manufacturing Scheme (ECMS) dengan total nilai program mencapai US$2,7 miliar (Rp45,7 triliun). Fokus utamanya adalah membangun pabrik untuk modul kamera, papan sirkuit cetak (PCB) multi lapis, hingga komponen berteknologi tinggi bagi industri ponsel pintar, alat medis, dan kedirgantaraan.

  “Sekitar 20% kebutuhan PCB domestik dan 15% sub-rakitan modul kamera akan dipenuhi dari tujuh pabrik ini. Sekitar 60% produksinya akan diekspor,” ujar Menteri Elektronika dan TI India Ashwini Vaishnaw, dikutip dari pernyataan resmi pemerintah, Kamis (30/10/2025).

India Siapkan Panggung untuk Jadi “Pabrik Dunia” Baru

Selama tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, ekspor elektronik India mencapai US$38,56 miliar (Rp658 triliun) — naik delapan kali lipat dibanding satu dekade lalu. Namun, hampir seluruh bahan bakunya masih diimpor, terutama dari China (40%) dan Hong Kong (16%).

Pemerintah India kini berambisi membalik keadaan. Sebanyak 249 perusahaan, lokal maupun global, telah mengajukan investasi dengan nilai total mencapai US$14 miliar (Rp1.960 triliun) di bawah payung ECMS.

Menurut analis dari EY India, Kunal Chaudhary, kebijakan ini menandakan bahwa New Delhi tak ingin hanya menjadi tempat perakitan.

“Ekosistem perakitan semata tidak dapat bertahan tanpa basis manufaktur komponen domestik yang kuat. ECMS akan memperkuat rantai pasok lokal dan meningkatkan daya saing global India,” ujarnya.

Peluang Global di Tengah Ketegangan AS–China

India memanfaatkan momentum ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Ketika Washington dan Beijing saling menahan ekspor teknologi, India tampil sebagai alternatif rantai pasok global.

Raksasa seperti Apple sudah lebih dulu memindahkan sebagian produksinya ke India. Sepanjang 2024, ekspor Apple dari India melonjak 42% menjadi US$12,8 miliar (Rp218 triliun). Bahkan pada kuartal ketiga 2025, India resmi menyalip China sebagai eksportir ponsel pintar terbesar ke AS dengan lonjakan produksi hingga 240%.

Presiden Asosiasi Elektronik dan Semikonduktor India, Ashok Chandak, menyebut skema baru ini akan membawa India ke level berikutnya.

“Program ini akan mempercepat kemunculan India sebagai pusat global elektronik dan semikonduktor canggih, sekaligus mengurangi ketergantungan impor,” katanya.

China Waspada, Dunia Menoleh ke India

Dengan populasi raksasa dan pasar domestik yang terus tumbuh, India kini berada di posisi strategis untuk menantang dominasi China dalam industri elektronik global bernilai US$1,8 triliun (Rp30.700 triliun) — di mana sekitar 60% masih dikuasai Beijing.

Jika proyek ECMS berjalan sesuai rencana, India bukan hanya sekadar pembuat ponsel, tapi juga pemain kunci dalam rantai pasok teknologi dunia. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani