Chen Zhi, Taipan Muda Kamboja yang Dituduh Dalangi Penipuan Kripto Triliunan

bbc-1761627970184_169

Chen Zhi dituduh sebagai dalang di balik kerajaan penipuan siber di Kamboja. (PRINCE GROUP/GETTY IMAGES)

JAKARTA (marwahkepri.com) — Sosok Chen Zhi, pengusaha berusia 37 tahun asal Kamboja, tengah menjadi sorotan dunia. Ia didakwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat sebagai otak di balik jaringan penipuan siber berskala global yang mencuri miliaran dolar aset kripto dari korban di berbagai negara.

AS juga menyita bitcoin senilai US$14 miliar atau sekitar Rp232 triliun, yang diklaim terkait langsung dengan aktivitas ilegal Chen. Penyitaan ini disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah kripto di Amerika.

Chen dikenal sebagai pemilik Cambodian Prince Group, konglomerasi besar yang bergerak di bidang properti, perbankan, dan penerbangan. Di situs resminya, ia digambarkan sebagai filantropis terhormat yang berkontribusi besar bagi pembangunan Kamboja. Namun, di balik citra itu, ia diduga menjalankan jaringan kejahatan lintas negara yang meliputi penipuan daring, perdagangan manusia, penyiksaan, pemerasan, perjudian ilegal, dan pencucian uang.

Chen, yang lahir di Provinsi Fujian, China, pindah ke Kamboja sekitar tahun 2010 dan menjadi warga negara di sana pada 2014. Dalam waktu singkat, ia membangun kekayaan luar biasa, memiliki bank, properti mewah di London dan New York, serta bahkan lukisan Picasso.

Investigasi otoritas AS dan Inggris menemukan bahwa Prince Group diduga mengoperasikan sedikitnya 10 kompleks penipuan di Kamboja, termasuk Golden Fortune Science and Technology Park yang dikenal sebagai pusat aktivitas kriminal daring.

Kini, pemerintah Kamboja berada di bawah tekanan internasional untuk bertindak. Sementara itu, Chen Zhi sendiri menghilang setelah sanksi dijatuhkan oleh AS dan Inggris, dan keberadaannya hingga kini tidak diketahui. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani