Arab Saudi Jadikan AI ‘Ladang Minyak Baru’, Lebih dari Separuh Ekonomi Lepas dari Minyak

menelusuri-riyadh-kilau-metropolitan-di-tengah-gurun-arab-1750418050067

Kota Riyadh di Arab Saudi. Foto: REUTERS/Mohammed Benmansour

JAKARTA (marwahkepri.com) — Arab Saudi mulai meninggalkan ketergantungan pada minyak dan menatap masa depan dengan kecerdasan buatan (AI) sebagai motor ekonomi baru.

Menteri Investasi Arab Saudi Khalid Al Falih mengungkapkan bahwa kini lebih dari 50% ekonomi kerajaan telah terlepas sepenuhnya dari sektor minyak. “Persentase ini terus meningkat. Kami ingin mempercepat diversifikasi dan pertumbuhan ekonomi kerajaan,” ujarnya.

Sektor non-minyak kini menyumbang 40% pendapatan pemerintah, melonjak dibandingkan satu dekade lalu ketika hampir seluruh pendapatan bergantung pada ekspor minyak. Arab Saudi sedang mengembangkan sektor-sektor masa depan, termasuk AI, pariwisata, olahraga, dan teknologi data.

Al Falih menegaskan bahwa kerajaan akan menjadi investor utama dalam pengembangan model bahasa besar dan pusat data skala raksasa. “Mereka yang berinvestasi di AI akan memimpin masa depan ekonomi dunia,” katanya, dikutip dari CNBC.

Menurut PwC, investasi AI dapat memberikan tambahan nilai lebih dari USD 135 miliar bagi ekonomi Saudi pada tahun 2030.

Selain AI, Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi juga terus memperluas portofolio ke sektor global, termasuk saham di perusahaan teknologi, penerbit gim, dan klub sepak bola. PIF diketahui memiliki saham di Electronic Arts, ikut dalam SoftBank Vision Fund, serta mengakuisisi Newcastle United pada 2021.

Laporan fiskal terbaru menunjukkan total pendapatan pemerintah Arab Saudi pada semester pertama 2025 mencapai 565,21 miliar riyal, dengan kontribusi minyak turun menjadi 53,4%, dibandingkan hampir 68% pada 2019.

Dengan ambisi Vision 2030, Arab Saudi berupaya menjadikan AI sebagai ladang minyak baru yang membawa kerajaan menuju era ekonomi digital. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani