Meta Batasi Konten Remaja di Instagram, Upaya Nyata atau Sekadar Meredam Kritik?

AQPShqL5SS42zsgZzZU5Z7ie2VZnx7COrgsWYVq4DeicxJJvMRUZKu4WFd5RfOiDxj4C_wmdHsh7yMWZN8KVMiNvFLM_vaqgHFrXhrVXt6aQ26nQKdgzsonfIVqY2PpiFn2L0L6s5zg8V_y2GGGyjeVt-ToX

Ilustrasi. (f: metaai)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Meta, perusahaan induk Instagram, kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan kebijakan baru yang secara otomatis mengatur semua akun remaja ke mode privat dan membatasi akses terhadap konten dewasa.

Langkah ini diklaim sebagai bagian dari upaya meningkatkan keamanan digital bagi remaja, namun sejumlah pihak menilai kebijakan tersebut juga merupakan strategi meredam tekanan publik dan politis terhadap Meta yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Kebijakan Baru: Instagram Jadi “PG-13” untuk Remaja

Mulai Selasa (14/10/2025), Meta menerapkan pembatasan konten ketat bagi pengguna remaja di Instagram, baik untuk akun baru maupun lama.
Kebijakan baru ini membuat tampilan Instagram bagi remaja kini menyerupai standar tontonan film PG-13, yang berarti lebih sedikit paparan terhadap konten seksual, kekerasan, maupun konsumsi alkohol dan obat-obatan.

“Kami ingin memberikan kejelasan bagi orang tua dengan sistem yang lebih mudah dipahami, mirip seperti rating film,” tulis Meta dalam blog resminya.

Selain menyembunyikan unggahan berbau dewasa, Instagram juga melarang remaja mengikuti akun dengan tautan ke situs seperti OnlyFans atau toko alkohol. Akun yang sudah diikuti sebelumnya pun tak akan menampilkan konten sensitif lagi di feed remaja.

Tekanan Global Soal Keamanan Remaja

Langkah ini tidak datang tiba-tiba. Meta telah lama menghadapi kritik dari berbagai pihak terkait dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak muda.
Puncaknya terjadi pada 2021, saat The Wall Street Journal merilis laporan internal yang mengungkap bahwa Instagram memperburuk citra diri dan kesehatan mental remaja perempuan.

Sejak saat itu, Meta gencar memperkenalkan fitur pengawasan orang tua, alat pemblokiran, serta laporan interaksi pengguna. Namun, efektivitas kebijakan tersebut masih menjadi perdebatan.


Kemitraan dan Tuduhan Manipulasi Publik

Pada Agustus lalu, Tech Transparency Project menuding Meta berusaha mempercantik citra dengan menjalin kerja sama dengan National Parent Teacher Association (NPTA) di AS, seolah organisasi tersebut mendukung langkah Meta.
NPTA membantah tudingan itu, sementara Meta menegaskan kolaborasi dilakukan untuk edukasi orang tua tentang fitur keamanan digital.

Pengamat menilai langkah ini bagian dari strategi “damage control” setelah Meta kehilangan kepercayaan publik akibat berbagai laporan negatif.

Peluncuran Global dan Dampaknya ke Indonesia

Kebijakan privasi baru ini mulai diberlakukan di AS, Inggris, Australia, dan Kanada, dan akan diperluas ke negara lain, termasuk Indonesia, dalam waktu dekat.
Pakar media sosial menilai langkah ini bisa menjadi preseden positif bagi platform lain untuk membatasi paparan konten berisiko tinggi pada pengguna muda.

Namun di sisi lain, muncul pertanyaan baru: apakah Meta benar-benar ingin melindungi remaja, atau sekadar melindungi reputasinya? MK-ti

Redaktur : Munawir Sani