Demo Pecah di Timor Leste, DPR Batalkan Rencana Pembelian Mobil Mewah

Demonstran yang sebagian besar mahasiswa memprotes rencana pembelian mobil dinas baru untuk anggota parlemen Timor Leste. Foto: VALENTINO DARIELL DE SOUSA/AFP
TIMORLESTE (marwahkepri.com) – Gelombang protes besar mengguncang Timor Leste setelah parlemen negara itu diketahui menganggarkan pembelian mobil dinas baru senilai US$ 4,2 juta (Rp 69 miliar) untuk 65 anggota dewan. Anggaran tersebut digunakan untuk membeli SUV Toyota Prado dan telah disetujui sejak tahun lalu, dengan tender yang dijadwalkan rampung pada September ini.
Kabar itu memicu kemarahan publik. Ribuan demonstran turun ke jalan, sebagian membakar ban dan kendaraan milik pemerintah sebagai simbol penolakan. Aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan gas air mata, namun aksi terus berlanjut.
Dalam waktu beberapa jam, tekanan massa berhasil memaksa parlemen menyerah dan membatalkan rencana pembelian mobil dinas.
Protes yang Sudah Lama Berulang
Menurut laporan BBC, kontroversi terkait mobil dinas anggota parlemen bukan kali pertama terjadi di Timor Leste. Sejak awal 2000-an, masyarakat rutin melancarkan protes terhadap pengadaan kendaraan mewah untuk pejabat negara.
Pada 2008, misalnya, beberapa mahasiswa ditangkap saat menolak rencana belanja US$ 1 juta untuk mobil baru parlemen. Pola serupa kembali muncul dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan adanya ketidakpuasan mendalam terhadap pengelolaan anggaran publik.
Cezario Cesar, salah satu tokoh kunci protes, menyebut bahwa rakyat muak dengan kebijakan yang hanya menguntungkan elite politik.
“Kami memulai protes ini ketika mereka memutuskan untuk membeli mobil. Rakyat tidak memiliki akses ke pendidikan, air, dan sanitasi yang layak. Kami kekurangan fasilitas, tetapi parlemen terus membuat undang-undang untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Kami pikir ini tidak adil,” ujarnya.
Latar Belakang Sosial-Ekonomi
Timor Leste, negara muda yang masih berjuang membangun fondasi ekonominya, menghadapi tingkat pengangguran tinggi serta kesenjangan sosial yang mencolok. Di tengah kondisi tersebut, rencana pembelian mobil mewah bagi wakil rakyat dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap aspirasi masyarakat.
Meskipun parlemen akhirnya membatalkan rencana itu, banyak demonstran tetap curiga bahwa pengadaan mobil sudah terlanjur berjalan. Isu bahwa kendaraan Toyota Prado tersebut sedang dalam perjalanan menambah ketidakpercayaan publik terhadap elite politik.
Gelombang Ketidakpuasan yang Belum Reda
Pembatalan proyek mobil dinas belum cukup untuk meredam kemarahan masyarakat. Banyak warga menilai langkah parlemen hanya bentuk kompromi sesaat, tanpa menyentuh akar masalah ketidakadilan anggaran.
Situasi ini menunjukkan bahwa demonstrasi di Timor Leste bukan sekadar soal mobil dinas, tetapi cermin dari krisis kepercayaan rakyat terhadap lembaga legislatif. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani