Mendu Tutup Meriah Kenduri Budaya Pulau Tiga, Warisan Takbenda Natuna Tetap Hidup

Theater Mendu tutup kenduri budaya pulau tiga di Natuna.(Foto/Nang)
NATUNA (marwahkepri.com) – Penampilan Theater Mendu menjadi atraksi penutup yang memukau dalam rangkaian pagelaran Kenduri Budaya di Desa Pulau Tiga, Kecamatan Pulau Tiga Barat, Natuna.
Acara digelar oleh UPT Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Kementerian Kebudayaan RI, ini berlangsung selama tiga hari, mulai 13 hingga 15 Agustus 2025.
Kenduri Budaya ini merupakan langkah strategis pemerintah dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah agar tidak punah dimakan zaman.
Mendu, salah satu kesenian khas Kabupaten Natuna yang berasal dari Pulau Laut, diyakini pertama kali dikembangkan oleh tokoh bernama Orang Kaya Maddun. Kata “Mendu” sendiri berasal dari makna menghibur rindu—rindu kampung halaman dan kasih sekampung.
Kesenian ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah seperti Bunguran Timur (Ranai dan Sepempang), Siantan (Terempa dan Langi), Mindai, serta Tanjung Pinang.
Keunikan Mendu terletak pada penyajiannya yang tanpa naskah tertulis; seluruh dialog dihafalkan di luar kepala dan disampaikan lewat nyanyian serta tarian.
Pada masa lampau, para saudagar, nelayan, dan petani sering memainkan Mendu di malam hari sebagai hiburan. Mereka mengisi waktu dengan musik, nyanyian, dan berpantun untuk mengobati kerinduan akan kampung halaman. Dari kebiasaan “menghibur diri” inilah, Mendu berkembang menjadi tontonan yang digemari masyarakat Natuna.
Dalam pementasannya, Mendu biasanya dimainkan oleh sedikitnya 25 orang, namun idealnya 35 orang agar pembagian peran lebih seimbang.
Staf Perencanaan BPK Wilayah IV, Ardiyansyah, menjelaskan bahwa Kenduri Budaya tahun ini fokus pada pelestarian tiga kesenian tradisional Natuna, yaitu Lang-Lang Buana, Tari Tupeng, dan Mendu.
“Kenapa tiga kesenian ini kita pilih? Karena ketiganya sudah hampir punah, sehingga perlu kita lestarikan,” ujarnya, Jumat (15/08/2025).
Ia menambahkan, Mendu dan Lang-Lang Buana telah tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Oleh karena itu, pelestarian ini bukan hanya penting, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama agar warisan leluhur tetap hidup dan dikenal generasi muda Natuna.MK/Nang
Redaktur : Munawir Sani