jhuk

Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti. (Foto: net)

SINGAPURA (marwahkepri.com) – Singapura menghadapi ancaman infeksi chikungunya yang dipicu keberadaan nyamuk aedes serta kasus impor dari wisatawan yang terinfeksi.

Badan Penyakit Menular Singapura (CDA) mencatat, sepanjang 2025 wabah chikungunya meningkat di Amerika, Asia, dan Eropa. Perubahan iklim membuat negara beriklim sedang yang sebelumnya jarang terdampak kini menghadapi risiko lebih tinggi.

CDA mengimbau masyarakat mencegah perkembangbiakan nyamuk dan melindungi diri dengan obat antinyamuk, pakaian tertutup, serta ruangan berjaring. Pelancong ke wilayah terdampak disarankan segera mencari bantuan medis jika sakit dan menyampaikan riwayat perjalanan.

Profesor Ooi Eng Eong dari Fakultas Kedokteran Duke-NUS menyebut kasus chikungunya di Singapura tahun ini melonjak lebih dari dua kali lipat dibanding 2024.

Meski tidak mematikan seperti demam berdarah, penyakit ini dapat melemahkan penderitanya selama berbulan-bulan dengan gejala seperti demam tinggi, nyeri sendi, ruam, dan sakit kepala. MK-mun

Redaktur: Munawir Sani