Tak Lagi Seremonial, Musrenbang Natuna Jadi Ruang Rakyat Didengar Langsung

Dua anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau dari daerah pemilihan Natuna–Anambas, Mustamin Bakri (kiri) dan Marzuki (kanan), tampak hadir dalam pembukaan Musrenbang Kabupaten Natuna tahun 2025 di Gedung Sri Serindit, Rabu (10/6/2025). (f: nang)
NATUNA (marwahkepri.com) – Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Natuna tahun ini menandai babak baru dalam cara pemerintah merumuskan masa depan daerah. Di balik agenda tahunan yang selama ini lekat dengan citra seremonial, muncul momen penting: hadirnya langsung dua anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau dari dapil Natuna-Anambas—Mustamin Bakri (Golkar) dan Marzuki (Gerindra).
Untuk pertama kalinya, wakil rakyat dari provinsi duduk bersama pemangku kepentingan lokal di Gedung Sri Serindit, membuka ruang diskusi terbuka tentang arah pembangunan yang lebih konkret dan partisipatif.
“Ini bukan sekadar kunjungan. Ini tanda bahwa pembangunan bukan monopoli eksekutif. Legislator kini mulai memahami bahwa mereka harus turun, mendengar langsung,” ujar seorang tokoh masyarakat yang hadir.
Uniknya, Musrenbang ini berlangsung setelah Musrenbang Provinsi, membalik pola lama. Meskipun tampak janggal secara prosedural, pola ini justru dianggap lebih masuk akal—karena aspirasi masyarakat dapat lebih dahulu dihimpun sebelum dibawa naik ke level provinsi.
Forum ini juga tersambung langsung secara virtual dengan pejabat Pemerintah Provinsi Kepri, termasuk Samsul Bahrum, yang memberikan arahan strategis. Bupati Natuna, Cen Sui Lan, dalam sambutannya menegaskan pentingnya keterbukaan antar level pemerintahan demi menciptakan pembangunan yang menyentuh kebutuhan riil.
Tak hanya membahas rencana, forum ini juga memberikan apresiasi pada instansi yang menunjukkan kinerja baik. Tujuh Organisasi Perangkat Daerah menerima penghargaan dari Ombudsman RI atas kepatuhan administrasi. Tiga kepala OPD juga diganjar penghargaan khusus atas inovasi yang mereka hadirkan.
Musrenbang 2025 di Natuna menjadi penanda bahwa paradigma pembangunan mulai bergeser: dari sekadar perencanaan teknokratis ke arah kolaborasi yang lebih membumi. Sebuah perubahan kecil dengan dampak potensial besar. MK-nang
Redaktur : Munawir Sani