Produsen HP Terbesar China Merana Gara gara Trump

Ilustrasi Donald Trump vs Xi Jinping. (f: meta)
CHINA (marwahkepri.com) – Xiaomi, raksasa teknologi sekaligus produsen ponsel terbesar di China, menjadi salah satu perusahaan yang terdampak kebijakan pembatasan baru dari Amerika Serikat terkait perangkat lunak desain chip. Kebijakan ini berpotensi menghambat ambisi China dalam mengembangkan industri semikonduktor canggihnya.
Dalam laporan Financial Times, langkah terbaru dari pemerintah AS disebut akan mengganggu akses perusahaan-perusahaan teknologi China terhadap perangkat lunak electronic design automation (EDA) — komponen penting dalam proses desain dan pengembangan chip modern.
Xiaomi sendiri baru saja meluncurkan prosesor ponsel buatan sendiri, XRING O1, pada bulan lalu. Chip ini dibuat menggunakan teknologi fabrikasi tercanggih 3 nanometer dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan dirancang untuk ponsel flagship generasi terbaru Xiaomi. Namun, produksi chip ini tetap sangat bergantung pada perangkat lunak desain asal Amerika Serikat yang kini dibatasi aksesnya.
Pembatasan itu berasal dari Bureau of Industry and Security (BIS), bagian dari Departemen Perdagangan AS, yang memerintahkan perusahaan-perusahaan EDA untuk menghentikan pasokan produk dan layanan mereka ke perusahaan-perusahaan China. Dampaknya, Xiaomi dan banyak perusahaan lain mungkin tak bisa lagi memperbarui lisensi atau menerima dukungan teknis yang dibutuhkan untuk pengembangan chip-chip generasi selanjutnya.
Meskipun kontribusi chip XRING O1 terhadap total penjualan ponsel Xiaomi saat ini masih tergolong kecil, perusahaan diketahui berencana memperluas penggunaan chip rancangan internal untuk seluruh lini produk premiumnya di masa depan. Jika pembatasan ini terus berlanjut, ambisi itu bisa terhambat secara signifikan.
Perusahaan teknologi besar lain seperti Lenovo, produsen PC terbesar dunia, dan Bitmain, pemimpin dalam industri perangkat keras penambangan kripto, juga menggunakan perangkat lunak EDA dari AS dan bergantung pada fasilitas produksi TSMC. Mereka menghadapi risiko serupa jika akses terhadap alat desain chip canggih terus dibatasi.
Meski rincian lengkap dari larangan baru ini belum diumumkan secara resmi, indikasi yang ada menunjukkan bahwa lisensi yang sudah ada tidak akan langsung dicabut. Namun, pembaruan perangkat lunak serta dukungan teknis untuk versi yang ada diperkirakan akan dihentikan.
Kebijakan ini melanjutkan arah pembatasan yang sudah dimulai sejak era pemerintahan Donald Trump, dengan tujuan mengekang kemampuan perusahaan-perusahaan teknologi China dalam mengembangkan chip canggih, terutama yang digunakan untuk kecerdasan buatan dan aplikasi militer. TSMC sendiri telah dilarang memproduksi chip AI untuk klien asal China, meskipun masih boleh memproduksi chip untuk smartphone, tablet, dan perangkat non-sensitif lainnya—setidaknya untuk saat ini.
Sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Alibaba dan Baidu juga sedang mengembangkan chip mereka sendiri secara internal. Namun, sejauh mana kebijakan pembatasan EDA dari AS akan berdampak langsung pada mereka masih menjadi tanda tanya besar. MK-cnbc
Redaktur : Munawir Sani