Ancaman Global Kian Nyata, Kasus TBC Anak di Eropa Meningkat

Ilustrasi tuberkulosis (TBC). (Foto: kemenkes)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di bawah 15 tahun meningkat 10 persen di wilayah Eropa dibandingkan tahun 2023. Kelompok anak kini menyumbang 4,3 persen dari kasus baru TBC.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lonjakan ini menandakan penularan TBC masih aktif dan butuh tindakan kesehatan masyarakat segera untuk mencegah dampak lebih buruk.
“Dengan hanya 5 tahun tersisa untuk mencapai target 2030, Eropa harus fokus pada pencegahan dan pengobatan yang efektif,” kata Dr. Pamela Rendi-Wagner, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).
Di tengah peningkatan kasus, penghentian pendanaan TBC global dari AS semakin memperburuk situasi. AS, melalui USAID, sebelumnya menyumbang sekitar USD 406 juta pada 2024 untuk pengendalian TBC, atau seperempat dari seluruh pendanaan donor global.
Dampak penghentian pendanaan USAID membuat negara-negara Asia yang bergantung pada dana ini terancam krisis perawatan TBC.
Dimana 9 negara telah melaporkan kegagalan rantai pasokan obat TBC dan kasus TBC resisten obat dapat meningkat drastis.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa jika dana tidak segera dipulihkan, maka jumlah kasus dan kematian akibat TBC akan meningkat tajam.
Adapun negara dengan beban TBC tertinggi di dunia berada di Asia yakni:
1. India (26% dari kasus global pada 2023)
2. Indonesia (10%)
3. China (6,8%)
4. Filipina (6,8%)
5. Pakistan (6,3%)
MK-mun/dtk
Redaktur: Munawir Sani