Riset Asing: Ekonomi RI 2025 Diprediksi Tak Capai Target Pemerintah

Riset Asing: Ekonomi RI 2025 Diprediksi Tak Capai Target Pemerintah

Ilustrasi konsep pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025. (F: AI)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Organisasi riset internasional ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 akan berada di kisaran 5,0%. Angka ini tak jauh berbeda dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,03% dan masih di bawah target 5,3% yang dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Staf AMRO memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,0 persen pada tahun 2025,” ujar Ekonom Utama AMRO, Sumio Ishikawa, dalam siaran pers hasil kunjungan tahunan ke Indonesia, Rabu (5/3/2025).

Menurut Ishikawa, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih akan didorong oleh konsumsi domestik, yang ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah, seperti program makanan bergizi gratis, subsidi bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, serta penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% yang hanya berlaku untuk barang mewah.

Bank Indonesia (BI) juga berperan dalam mendukung pertumbuhan dengan menurunkan suku bunga menjadi 5,75% di awal tahun serta memberikan insentif likuiditas terkait rasio giro wajib minimum (GWM) guna mendorong penyaluran kredit ke sektor UMKM dan industri strategis lainnya.

“Permintaan domestik diperkirakan tetap kuat, didukung oleh kebijakan pro-pertumbuhan. Koordinasi kebijakan yang solid menjadi kunci dalam menjaga stabilitas di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan,” jelas Ishikawa.

Meski demikian, AMRO menilai bahwa BI perlu menyesuaikan bauran kebijakan moneter guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Inflasi di Indonesia diperkirakan tetap terkendali dalam kisaran target BI, yaitu 2,5% ±1%, sehingga ada peluang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut jika kondisi global dan domestik memungkinkan.

Dari sisi fiskal, AMRO merekomendasikan agar pemerintah meningkatkan mobilisasi pendapatan serta memprioritaskan kembali pengeluaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Berbagai kebijakan ini disusun dengan mempertimbangkan risiko eksternal, terutama dampak kebijakan baru pemerintah AS serta potensi ketegangan perdagangan global yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, seperti China, AS, dan Eropa. Mk-cnbc

Redaktur: Munawir Sani