Huang Ping Menyesal Tolak Tawaran Rp 3,6 Miliar, Rumahnya Kini Dikelilingi Jalan Tol

rumah-yang-tolak-relokasi-sekarang-berada-di-tengah-jalan-toljam-press-via-daily-mail_169

Rumah yang tolak relokasi sekarang berada di tengah jalan tol Foto: Jam Press via Daily Mail

CHINA (marwahkepri.com) – Huang Ping kini hanya bisa menyesali keputusannya menolak tawaran relokasi senilai Rp 3,6 miliar dari pemerintah setempat untuk menjual rumahnya yang terlewati proyek jalan tol. Akibat keputusannya, proyek tol tetap berjalan dan kini rumah Huang berada di tengah-tengah jalan tol.

Rumah Huang tidak sejajar dengan halaman jalan tol, melainkan dengan atapnya. Jika dilihat dari atas, rumah tersebut tampak berada di dalam “lubang” yang menjadi bagian dari jalan tol. Proyek ini masih dalam tahap pembangunan, dengan jalan tol bercabang untuk menghindari rumah Huang. Dinding penahan dan pagar pembatas telah dipasang untuk menjaga keamanan kendaraan serta properti tersebut.

Fenomena rumah yang tetap berdiri di tengah proyek pembangunan umum dikenal di China sebagai “dingzihu” atau rumah paku. Istilah ini sering dianggap sebagai simbol perjuangan antara individu dengan otoritas, serta konflik antara tradisi dan modernitas.

Selama pembangunan jalan tol, Huang memilih tinggal bersama anaknya di kota lain. Kini, ia kembali setiap hari untuk mengurus rumahnya. Akses ke rumah dibuat melalui terowongan kecil di bawah jalan tol, memungkinkan Huang masuk dan keluar meskipun kondisinya tidak ideal.

Namun, kenyamanan hidup di rumah tersebut menurun drastis. Huang tidak dapat membuka jendela atau pintu dalam waktu lama karena debu dari jalan tol yang beterbangan. Jika jalan tol beroperasi penuh, Huang juga harus menghadapi getaran konstan dari kendaraan yang melintas.

Huang mengaku menyesal telah menolak tawaran relokasi pemerintah sebesar £180.000 atau sekitar Rp 3,6 miliar. “Sekarang rumah ini tidak lagi nyaman untuk ditinggali,” ujarnya.

Keputusan tersebut kini menjadi pelajaran pahit baginya, mengingat kondisi lingkungan rumah yang jauh dari ideal. Huang berharap situasi ini menjadi pengingat bagi masyarakat lain untuk mempertimbangkan keputusan serupa dengan matang. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani