Putin Kritik Dominasi Global Barat dan Aturan Bermuka Dua

Presiden Rusia, Vladimir Putin. (F: Istimewa)
MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik negara-negara Barat yang dianggapnya bertindak seperti “wakil Tuhan di Bumi” dengan terus mencoba mempertahankan dominasi global melalui penerapan aturan yang bermuka dua. Hal ini disampaikan dalam pertemuan pejabat tinggi Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (16/12/2024).
Putin menyoroti bahwa situasi militer dan politik dunia tetap kompleks dan tidak stabil, terutama dengan adanya konflik berdarah di Timur Tengah dan berbagai wilayah lainnya. Menurutnya, pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar negara Barat masih berupaya mempertahankan hegemoni global dengan memaksa masyarakat internasional mengikuti “aturan-aturan” yang terus berubah demi kepentingan mereka sendiri.
“Faktanya, hanya ada satu aturan yang stabil: tidak ada aturan bagi mereka yang membuat aturan, bagi mereka yang menganggap diri mereka pemimpin dunia, meskipun mereka sendiri tidak percaya pada Tuhan,” tegas Putin.
Presiden Rusia juga menuduh Barat menggunakan strategi perang hibrida dan kebijakan penahanan terhadap negara-negara yang menolak tunduk pada aturan mereka, termasuk Rusia. Ia menyoroti dukungan AS kepada pemerintah Ukraina dengan menyediakan senjata, dana, tentara bayaran, dan penasihat militer, yang menurutnya hanya memperburuk eskalasi konflik di kawasan tersebut.
Putin juga menuding Barat sengaja memprovokasi Rusia hingga mencapai “garis merah”, lalu menggunakan respons Rusia sebagai alasan untuk menakut-nakuti warganya. “Dukungan Barat yang terus-menerus terhadap Ukraina, termasuk perluasan dan penyebaran senjata di dekat perbatasan kami, memaksa Rusia untuk mengambil langkah-langkah balasan demi memastikan keamanan nasional kami,” ujar Putin.
Dalam langkah tersebut, Rusia telah memperbarui doktrin nuklirnya dan memperkuat angkatan darat, angkatan laut, serta pasukan nuklir strategis dengan persenjataan modern. Pada November lalu, Moskow secara resmi menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir dalam doktrin revisi mereka. Dokumen tersebut menyatakan bahwa Rusia berhak menggunakan senjata nuklir untuk menghadapi serangan yang mengancam kedaulatan atau integritas teritorial negara, termasuk serangan oleh negara non-nuklir yang didukung oleh kekuatan nuklir.
Putin mengakhiri pernyataannya dengan menegaskan bahwa Rusia akan terus melindungi kepentingan nasionalnya dan keamanan sekutunya di tengah tantangan yang semakin meningkat dari negara-negara Barat. Mk-sindonews
Redaktur: Munawir Sani