Presiden Prabowo Subianto Gunakan Mobil Buatan Lokal sebagai Kendaraan Kepresidenan

MAUNG-104274185

MOBIL BARU: Presiden RI ke 8, Prabowo Subianto saat berada di atas kendaraan

JAKARTA (marwahkepri.com) – Setelah dilantik, Presiden Prabowo Subianto langsung memilih untuk menggunakan mobil MV3 Garuda Limousine buatan PT Pindad. Mobil ini dirancang khusus dengan kemampuan antipeluru, menandai perubahan dari tradisi sebelumnya di mana presiden-presiden terdahulu menggunakan mobil mewah antipeluru dari Eropa, seperti Mercedes-Benz S-Class Guard yang dipakai oleh Presiden Joko Widodo.

Pengamat otomotif dan pakar desain produk industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, menjelaskan bahwa penggunaan mobil buatan lokal ini sangat signifikan dari berbagai perspektif. “Ini adalah langkah yang kuat dalam menekankan ekonomi, politik, dan kebanggaan nasional, serta simbolisme kepemimpinan,” ujarnya.

Menurut Yannes, banyak pemimpin dunia memilih kendaraan mewah buatan luar negeri, seperti Cadillac untuk Presiden AS (The Beast) dan berbagai versi khusus Mercedes-Benz S-Class untuk kepala negara lainnya. Namun, keputusan Prabowo untuk menggunakan produk lokal dari Pindad mengirimkan pesan positif tentang kemandirian dan kebanggaan nasional.

“Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu memproduksi kendaraan presiden yang memenuhi standar internasional, terutama dalam industri otomotif dan pertahanan yang sangat kompetitif,” tambahnya.

Pilihan kendaraan buatan lokal juga sejalan dengan gerakan “Bangga Buatan Indonesia” yang telah digalakkan oleh pemerintah untuk mendorong konsumsi produk lokal. Yannes menekankan bahwa pemilihan MV3 Garuda Limousine merupakan langkah simbolik yang menunjukkan dukungan pemimpin negara terhadap produk-produk dalam negeri.

Selain itu, keputusan ini mencerminkan gaya kepemimpinan Prabowo yang dikenal dengan semangat nasionalisme dan fokus pada penguatan pertahanan negara. “Ini adalah langkah strategis yang mencerminkan kedaulatan nasional dan ketahanan ekonomi, terutama di tengah globalisasi dan ketergantungan pada produk impor,” pungkas Yannes. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani