EHang 216 S Mulai Uji Terbang Berpenumpang di Indonesia, Segini Harganya

uji-terbang-berpenumpang-ehang-216-s-1750833922007

Penumpang berada di dalam taksi udara saat uji terbang berpenumpang EHang 216 S di PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025).Kendaraan taksi udara tanpa awak kemudi dengan tenaga baterai listrik tersebut mampu menempuh jarak terbang hingga 30 kilometer, waktu terbang 18-25 menit serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam dan regulasi pengoperasiannya sedang dalam proses penerbitan oleh Kementerian Perhubungan agar dapat terbang legal di Indonesia. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar

JAKARTA (marwahkepri.com) – Taksi terbang EHang 216 S resmi melakukan uji terbang berpenumpang untuk pertama kalinya di Indonesia pada Rabu, 25 Juni 2025, berlokasi di Phantom Ground Park PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten. Kendaraan ini merupakan taksi udara otonom tanpa awak kemudi yang ditenagai baterai listrik. Dalam uji coba tersebut, EHang 216 S berhasil mengudara dengan membawa penumpang, menandai langkah awal pemanfaatan moda transportasi udara berbasis teknologi di lingkungan perkotaan.

EHang 216 S mampu menempuh jarak hingga 30 kilometer, dengan waktu terbang antara 18 hingga 25 menit, dan kecepatan maksimum mencapai 130 km per jam. Dilengkapi dengan 16 baling-baling dan motor listrik, kendaraan ini telah mengantongi Sertifikat Tipe dari Civil Aviation Administration of China (CAAC), menjadikannya taksi udara pertama di dunia yang mendapat sertifikasi resmi untuk membawa penumpang.

Meskipun demikian, layanan ini masih dalam tahap uji coba terbatas dan belum diperbolehkan beroperasi secara komersial di Indonesia. Proses regulasi untuk pengoperasian resminya saat ini masih dalam tahap penyusunan oleh Kementerian Perhubungan. Sistem kendali EHang 216 S terhubung langsung dengan pusat komando di darat melalui jaringan 4G/5G yang memungkinkan komunikasi real-time untuk pengendalian otonom.

Rudy Salim, Executive Chairman dari Prestige Aviation, menjelaskan bahwa harga satu unit EHang 216 S mencapai sekitar 535 ribu dolar AS atau sekitar Rp 8,6 miliar, tergantung nilai tukar dan beban pajak di Indonesia. Besarnya biaya di Indonesia disebabkan oleh berbagai komponen pajak seperti PPNBM, PIB, PPN, dan PPh yang signifikan, membuat harga akhir bisa berlipat dibanding negara asalnya.

EHang 216 S tidak dirancang untuk perjalanan antar kota seperti Jakarta-Bandung, melainkan untuk mobilitas dalam kota, misalnya dari Pantai Indah Kapuk ke Plaza Senayan, atau dari Pondok Indah ke Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Teknologi ini diharapkan menjadi salah satu solusi inovatif dalam mengatasi kepadatan lalu lintas di kota-kota besar Indonesia di masa depan. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani