Pemkot Solo Beri Dukungan Festival Nonhalal Meski Ditolak Ormas

suasana-atrium-di-solo-paragon-mal-di-mana-acara-festival-kuliner-nonhalal-masih-di-nonaktifkan-pada-rabu-372024_169

Festival Nonhalal di Solo (Tara Wahyu/detikJateng)

SOLO (marwahkepri.com) – Festival Kuliner Cap Gomeh yang menghadirkan makanan halal dan nonhalal tetap berlangsung di Solo Paragon Mall meski mendapat penolakan dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas). Acara ini digelar pada 12-16 Februari 2025, dengan kuliner nonhalal mulai tersedia pada 13-16 Februari.

Public Relations Solo Paragon Mall, Veronica Lahji, memastikan bahwa lokasi makanan halal dan nonhalal telah dipisahkan. “Kuliner halal berada di atrium mall, sedangkan nonhalal di Lobi 2 parkir Paragon,” ujarnya, Rabu (12/2/2025).

Sebanyak 45 tenant dari berbagai daerah berpartisipasi dalam festival ini, terdiri dari 26 tenant kuliner halal dan 19 tenant nonhalal. Beberapa peserta berasal dari Bali, Jakarta, hingga kota-kota lain di Indonesia.

Veronica berharap festival ini bisa diterima oleh masyarakat Solo yang heterogen. “Di Solo ada pencinta makanan halal maupun nonhalal, sehingga kami mencoba mengakomodasi semua pihak dalam satu acara yang terorganisir,” tambahnya.

Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, menegaskan bahwa festival tetap berjalan dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan kepolisian. “Kami mendukung acara ini dalam konteks keberagaman masyarakat. Ini bukan soal agama, tetapi bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang majemuk,” katanya.

Awalnya, festival dirancang dalam satu lokasi dengan pintu masuk yang dipisahkan. Namun, setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, penyelenggara akhirnya memutuskan untuk benar-benar memisahkan area makanan halal dan nonhalal.

Di sisi lain, festival ini mendapat penolakan dari Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), yang sebelumnya juga menolak acara serupa pada 2024. Humas LUIS, Endro Sudarsono, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Satpol PP dan Polresta Surakarta terkait keberatan mereka.

“Dalam Islam ada ajaran halal dan haram. Jika sesuatu yang haram difestivalkan, dikhawatirkan akan membuka ruang bagi festival lain yang bertentangan dengan nilai-nilai agama,” ujarnya.

LUIS mengusulkan agar festival nonhalal dipindahkan ke tempat yang lebih tertutup dan tidak bercampur dengan makanan halal. Mereka juga meminta rekomendasi dari Kementerian Agama dan MUI sebelum festival dilanjutkan.

Meski demikian, pihak penyelenggara dan Pemkot Solo tetap berkomitmen agar festival berjalan dengan lancar, mengedepankan toleransi, serta menghormati keberagaman budaya dan kuliner di Kota Solo. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani