Kekhawatiran Ilmuwan Dunia Menyusul Pelantikan Trump sebagai Presiden AS ke-47

Donald Trump, Presiden AS ke-47. (F: Ist)
JAKARTA – Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-47, memulai masa jabatan keduanya. Namun, di tengah perayaan pelantikan, ilmuwan di seluruh dunia mengungkapkan kekhawatiran terkait dampak kebijakan Trump terhadap dunia sains, kesehatan publik, iklim, dan pendanaan riset.
Para ilmuwan khawatir AS bisa kembali menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris, sebagaimana yang terjadi pada masa jabatan pertama Trump. Selain itu, penunjukan tokoh kontroversial seperti Robert F. Kennedy Jr, yang skeptis terhadap vaksin, untuk memimpin Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, turut menambah ketidakpastian.
Selain Kennedy, ada juga nama Jay Bhattacharya yang diusulkan untuk memimpin Institut Kesehatan Nasional (NIH). Bhattacharya dikenal karena kritiknya terhadap kebijakan penanganan pandemi Covid-19. Begitu pula Lee Zeldin, yang diusulkan sebagai Direktur Badan Perlindungan Lingkungan, mendapat kritik tajam dari aktivis lingkungan.
Chief Executive Wellcome, John-Arne Rottingen, menyatakan bahwa AS memiliki peran kunci dalam memajukan sains dan kesehatan global. Namun, kebijakan pemerintahan Trump di bawah kepemimpinan orang-orang seperti Robert F. Kennedy Jr, dianggap berpotensi menimbulkan tantangan baru bagi sains dan kesehatan global.
Selain itu, dua surat terbuka dari organisasi nirlaba Union for Concerned Scientists yang menggalang dukungan bagi sains diterbitkan menjelang pelantikan Trump. Surat pertama menyerukan Kongres untuk melawan upaya mempolitisasi peran ilmiah dan lembaga riset federal. Surat kedua meminta senator untuk tidak mendukung calon yang tidak berkualitas atau gagal mengakui konsensus ilmiah.
Aktivis lingkungan juga mengecam pencalonan Lee Zeldin sebagai direktur Badan Perlindungan Lingkungan. Zeldin dinilai memiliki rekam jejak buruk dalam mendukung undang-undang lingkungan yang lebih lemah.
Selain itu, dalam sektor kesehatan, pemilihan Bhattacharya untuk memimpin NIH turut menimbulkan kontroversi. Bhattacharya dianggap sebagai salah satu kritikus besar terhadap penanganan pandemi, dengan pandangan kontroversial tentang “kekebalan alami”.
Kekhawatiran juga muncul terkait kemungkinan AS meninggalkan kolaborasi ilmiah global, terutama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang berpotensi melemahkan upaya kesehatan global. AS adalah salah satu negara penyumbang terbesar bagi WHO, dan hilangnya peran ini bisa berdampak besar pada kesehatan dunia.
Di bidang iklim, Trump telah dikenal dengan kebijakan yang meragukan masalah perubahan iklim. Ia sempat menyebut perubahan iklim sebagai hoaks, dan berencana untuk mengurangi pengeluaran energi bersih serta insentif untuk mobil listrik. Banyak ilmuwan khawatir bahwa masa jabatan keduanya akan menjadi akhir dari aksi iklim global yang efektif. Mk-cnbc
Redaktur: Munawir Sani