Para Ahli Menelusuri Asal Usul Hajar Aswad: Apakah Benar Batu Ini dari Surga?

Para Ahli Menelusuri Asal Usul Hajar Aswad: Apakah Benar Batu Ini dari Surga?

Hajar Aswad adalah batu mulia berwarna hitam yang terletak di salah satu sudut Ka’bah, dekat pintu emas. Batu istimewa ini menjadi salah satu situs yang paling ingin dikunjungi oleh umat Islam, terutama para jemaah haji atau umrah dari seluruh dunia.

Mengutip dari NU Online, Hajar Aswad dulunya berwarna putih seperti susu yang turun dari surga. Namun, kini batu tersebut berubah menjadi hitam karena diduga telah menyerap dosa-dosa umat manusia. Hal ini tercantum dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Ibn Abbas:

“Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Hajar Aswad turun dari surga berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia.'” (HR Sunan Tirmidzi).

Kisah batu mulia ini mendorong para ilmuwan untuk mencari tahu fakta dan jawaban ilmiah terkait Hajar Aswad. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Hajar Aswad mirip dengan batu akik, sementara yang lain mengkategorikannya sebagai batu meteor.

Para ahli berpendapat bahwa penggolongan sebagai batu meteor paling mendekati, terutama karena fakta sejarah yang menunjukkan jejak meteorit di dekat Ka’bah. Dalam studi New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba pada 1980, E. Thomsen mencatat bahwa pada 1932, seorang peneliti bernama Philby menemukan kawah tumbukan meteor di Al-Hadidah, berukuran lebih dari 100 meter, serta beberapa pecahan meteor di sekitarnya.

Pecahan meteor tersebut terbentuk dari peleburan pasir dan silika yang bercampur dengan nikel. Thomsen menjelaskan bahwa seiring waktu, campuran ini menghasilkan lapisan putih dari dalam, tetapi terbungkus cangkang hitam di bagian luar. Warna hitam ini dihasilkan dari nikel yang diperoleh dari ledakan nikel dan ferum (besi) di luar angkasa.

Thomsen menyebut bahwa ciri-ciri pecahan meteor sesuai dengan gambaran Hajar Aswad. Ia berpendapat bahwa warna putih yang dipancarkan Hajar Aswad mungkin berasal dari paparan bagian dalam inti hasil campuran zat kimia tersebut. Namun, lapisan warna putih itu sangat rapuh dan tidak tahan lama, sehingga seiring waktu hanya tersisa batuan berwarna hitam.

Oleh karena itu, narasi terkait perubahan warna Hajar Aswad memang dapat dijelaskan secara ilmiah, bukan semata-mata akibat penyerapan dosa-dosa manusia. Bintik-bintik putih yang ada pada Hajar Aswad saat ini kemungkinan merupakan sisa-sisa kaca dan batu pasir.

Pembuktian empirik lainnya menunjukkan usia batu tersebut sesuai dengan jangkauan pengamatan orang Arab kuno, dengan kemungkinan besar dibawa ke Makkah melalui jalur dari Oman.

Meski begitu, teori bahwa Hajar Aswad berasal dari batu meteor juga memiliki kelemahan. Batu meteor tidak bisa mengapung, tidak mudah pecah menjadi bagian kecil, dan sulit menahan erosi. Meskipun demikian, teori meteorit sejauh ini dianggap yang paling dekat dengan Hajar Aswad, sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang material yang berasal dari meteor. Mk-cnbc