IFRAME SYNC

Husein Mutahar: Pencipta Lagu 17 Agustus 1945 dan Pahlawan di Balik Paskibraka

MARWAHKEPRI.COM – Husein Mutahar, seorang komponis besar Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai pencipta lagu “17 Agustus 1945,” tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama selama Agresi Militer Belanda II. Lahir pada 5 Agustus 1916 di Semarang dengan nama lengkap Husein bin Salim bin Ahmad Al Muthahar, ia menjadi tokoh yang berperan besar dalam menyelamatkan Bendera Pusaka dan menggagas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Siasat Mutahar dalam Menyelamatkan Bendera Pusaka

Pada Desember 1948, ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, Mutahar yang saat itu mengabdi di Istana Presiden di Yogyakarta, diberi tugas penting untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Dengan siasat cerdik, ia memisahkan kain merah dan putih dari bendera tersebut. Kain merah disembunyikan di pinggangnya, sementara kain putih disimpan dalam koper yang ia bawa keluar dari istana. Setelah kemerdekaan Indonesia diakui melalui Konferensi Meja Bundar, Bendera Pusaka dikembalikan dan dijahit ulang oleh Ibu Fatmawati sesuai jahitan aslinya.

Kiprah dalam Musik dan Diplomasi

Husein Mutahar memiliki karier cemerlang dalam dunia diplomasi dan pemerintahan. Pada tahun 1945, ia bekerja sebagai sekretaris panglima Angkatan Laut di Yogyakarta dengan pangkat mayor, dan kemudian menjadi sekretaris negara. Setelah itu, ia menjabat berbagai posisi penting di kementerian, termasuk sebagai pejabat sekretaris jenderal Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Indonesia untuk Vatikan sebelum pensiun pada tahun 1974.

Di bidang musik, Mutahar menciptakan banyak lagu nasional yang hingga kini tetap populer, seperti “Himne Syukur” (1945), “Hari Merdeka” (1946), dan “Dirgahayu Indonesiaku.” Karyanya di bidang kepanduan juga tidak kalah penting, dengan lagu-lagu seperti “Himne Pramuka” dan “Tiba Saat Berpisah.”

Gagasan Paskibraka

Pada tahun 1967, Husein Mutahar, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto. Ia diberi tugas untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka yang sesuai dengan kondisi saat itu. Mutahar mengembangkan formasi pasukan menjadi tiga kelompok: kelompok 17 sebagai pemandu, kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan kelompok 45 sebagai pengawal, yang melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Formasi ini pertama kali diuji coba pada tahun 1967 dan dimantapkan pada tahun 1968. Pada tahun 1973, Idik Sulaeman, salah satu pembina pasukan pengibar bendera, mengusulkan nama “Paskibraka,” singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, yang digunakan hingga kini. Koreografi upacara pengibaran Bendera Pusaka yang diciptakan oleh Mutahar kini telah dibakukan dan menjadi bagian dari tradisi nasional Indonesia.

Husein Mutahar bukan hanya seorang komponis, tetapi juga seorang pahlawan yang telah memberikan sumbangsih besar bagi bangsa Indonesia, baik dalam musik, diplomasi, maupun dalam tradisi kebangsaan. MK-dtc

Redaktur : MUnawir Sani

IFRAME SYNC
-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f