Laju Pelepasan CO2 Saat Ini Tak Tertandingi dalam 50.000 Tahun

Ilustrasi bumi mengalami peningkatan karbondioksida. (f: (SHUTTERSTOCK/ParabolStudio)
MARWAHKEPRI.COM – Perubahan iklim Bumi semakin tak terbantahkan, didukung oleh berbagai penelitian yang menunjukkan betapa seriusnya kondisi saat ini. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa laju pelepasan karbon dioksida (CO2) ke atmosfer saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam 50.000 tahun terakhir.
Para peneliti menganalisis gas yang terperangkap di es Antartika selama periode tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam peningkatan alami terbesar terakhir, karbon dioksida meningkat sebesar 14 bagian per juta selama 55 tahun. Peningkatan ini terjadi 7.000 tahun yang lalu. Sebagai perbandingan, peningkatan yang sama sekarang hanya membutuhkan waktu antara 5 hingga 6 tahun.
Kathleen Wendt, asisten profesor di College of Earth, Ocean, and Atmospheric Sciences di Oregon State University, menyatakan bahwa mempelajari masa lalu menunjukkan betapa berbeda kondisi saat ini. “Laju perubahan CO2 saat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya, seperti dikutip dari IFL Science.
Penelitian ini mengidentifikasi tingkat kenaikan CO2 alami tercepat yang pernah diamati. Saat ini, tingkat kenaikan CO2 yang sebagian besar disebabkan oleh emisi manusia adalah 10 kali lebih tinggi daripada laju alami tercepat yang pernah ada.
Analisis sebelumnya menunjukkan adanya lonjakan aneh CO2 selama zaman es terakhir yang berakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu. Namun, tidak ada cukup rincian untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa itu. Periode-periode ini dikenal sebagai Peristiwa Heinrich, dan penelitian baru ini memberikan wawasan penting mengenai penyebabnya.
“Peristiwa Heinrich ini benar-benar luar biasa,” kata Christo Buizert, seorang profesor di departemen yang sama dan rekan penulis penelitian ini. “Kami menduga hal ini disebabkan oleh runtuhnya lapisan es di Amerika Utara secara dramatis. Hal ini memicu reaksi berantai yang melibatkan perubahan pada musim hujan tropis, angin barat di belahan Bumi selatan, dan semburan besar CO2 yang keluar dari lautan,” tambahnya.
Angin barat berpotensi menjadi pemain penting selama Peristiwa Heinrich. Mereka mempengaruhi sirkulasi di laut dalam dan selama peningkatan CO2, angin ini tampak menjadi lebih kuat. Penguatan ini menyebabkan pelepasan CO2 yang cepat dari Samudra Selatan. Hal ini bisa menjadi pertanda buruk bagi masa depan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa krisis iklim membuat angin barat kembali kencang. Jika penelitian ini benar, maka di masa depan, kemampuan Samudra Selatan dalam memerangkap karbon dioksida yang kita keluarkan akan sangat berkurang. “Kita bergantung pada Samudra Selatan untuk mengambil sebagian karbon dioksida yang kita keluarkan, namun peningkatan pesat angin selatan melemahkan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut,” kata Wendt.
Kondisi ini menunjukkan urgensi tindakan lebih tegas dalam mengurangi emisi CO2 dan mencegah dampak lebih buruk bagi iklim dan ekosistem global. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani