Dampak Krisis Iklim: Perubahan Ekstrem El Nino dan La Nina

Ilustrasi. (F: Liputan6)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Krisis iklim saat ini menghadirkan dampak yang tak hanya memicu fenomena cuaca ekstrem seperti El Nino dan La Nina, namun juga mengubah intensitas dan frekuensi kedua fenomena tersebut. Perubahan ini dibahas dalam Forum Merdeka Barat 9, yang menyoroti durasi peristiwa cuaca ekstrem yang kini muncul lebih sering.

Guswanto, seorang ahli, menyoroti bahwa periode El Nino dan La Nina semakin rapat dan intensitasnya semakin kuat, menyebabkan dampak yang lebih besar seperti banjir dan kekeringan.

Guswanto juga menunjukkan bahwa pemanasan global telah mempercepat periode munculnya El Nino dan La Nina, dengan frekuensi peristiwa tersebut yang semakin dekat, bahkan menjadi hanya setahun sekali. Hal ini diamini oleh Erma Yulihastin dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang menyatakan bahwa pemanasan global membuat El Nino lebih sering terjadi, meskipun intensitasnya tidak selalu sekuat sebelumnya.

Meskipun El Nino lebih sering terjadi, dampaknya tidak selalu sekuat dulu, sedangkan La Nina cenderung lebih kuat meskipun kemunculannya tidak sebanyak El Nino. Hal ini merupakan bagian dari mekanisme Bumi dalam menyeimbangkan suhu. Rekor-rekor panas terus terpecahkan, dengan tahun 2023 yang menjadi tahun terpanas sejauh ini, memberikan bukti konkret akan dampak pemanasan global.

Perubahan ini juga mempengaruhi prediksi El Nino dan La Nina di masa depan. Menurut Erma, La Nina diperkirakan akan segera muncul setelah El Nino pudar, sementara prediksi dari berbagai lembaga menunjukkan kemungkinan transisi dari El Nino ke La Nina pada tahun 2024.

Hal ini berpotensi memengaruhi potensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia, dengan potensi hujan lebat di jalur mudik Jawa Tengah dan Jawa Barat, serta di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, mengungkap El Nino dan La Nina ini berdampak pada potensi hujan di jalur mudik Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Ada potensi hujan lebat di beberapa wilayah yang harus kita cermati atau waspadai, di antaranya di sebagian ruas jalur mudik di Pulau Jawa. Terutama di ruas atau daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini ada potensi hujan lebat menjelang lebaran atau pas mudik,” kata Eko dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (2/4).

Kondisi pancaroba yang terjadi di Indonesia saat ini juga membuat cuaca menjadi sangat tidak terduga, menunjukkan bahwa perubahan iklim telah mempercepat perubahan cuaca secara global.

Hal ini menuntut kesiapan dalam melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim yang semakin nyata dan berdampak signifikan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.(Mk/cnn)

 

Redaktur: Munawir Sani

-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f