Jalanan sempit sekitar dua meter dengan alas paping blok saja menyusuri antara rumah-rumah penduduk yang padat. Meski terbatas, Pulau Dendun menunjukkan megahnya Masjid Quba yang menjadi landmark di desa ini.
Nama Desa Dendun memiliki sejarah unik. Awalnya, pulau ini disebut Pulau Dandan. Seiring waktu, sekelompok pelaut singgah dan memasak nasi menggunakan dandang, sehingga pulau ini diubah namanya menjadi Pulau Dandang. Namun, pada tahun 1945, di bawah kepemimpinan penghulu Mantang, pulau ini berganti nama menjadi Pulau Dendun.
Desa ini mengalami beberapa perubahan kepemimpinan, dari Sadar Penghulu hingga RK (Rukun Kampung). Pada tahun 2006, Pulau Dendun dimekarkan menjadi Desa Dendun di bawah kepemimpinan Plt Kepala Desa Yan.
Eva, perempuan kelahiran Dendun, saat ini menjabat sebagai Kepala Desa. Desa Dendun mayoritas dihuni oleh nelayan, dengan sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta, guru, atau ibu rumah tangga.
Meski terbatas, desa ini memiliki dua sekolah, yaitu Taman Kanak-kanak Negeri Pembina dan SD Negeri 002. Namun, untuk melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA, penduduk harus menyeberang ke Mantang atau Kijang.
Kondisi tersebut membuat sebagian anak-anak memilih melanjutkan pendidikan hingga kuliah di Tanjungpinang, dengan mengekos dan hanya pulang ke desa saat libur. Desa Dendun, dengan kehidupan sederhana dan sejarah yang unik, terus bertahan di tengah keterbatasan. MK-tb
Redaktur : Munawir Sani