IFRAME SYNC

Mengurai Diri dari Jeratan Sabotase Diri: Mengenali dan Mengatasi Pola Perilaku Merugikan

Ilustrasi Foto

Marwahkepri.com – Banyak orang mungkin beranggapan bahwa sabotase hanya berasal dari pihak luar, tetapi pada kenyataannya, kita juga dapat menjadi pelaku sabotase terhadap diri sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai self-sabotage, di mana tindakan atau kelalaian sengaja menghambat kemajuan dan merintangi pencapaian tujuan.

Apa Itu Self-Sabotage?

Self-sabotage merujuk pada tindakan yang sengaja atau tanpa disadari menghambat kesuksesan dan menghalangi pencapaian tujuan seseorang. Meskipun banyak yang tidak menyadari perilaku ini, dampaknya dapat merugikan berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan dan karier.

Menurut Very Well Mind, alasan di balik self-sabotage bervariasi, mulai dari masalah masa kecil hingga dampak hubungan sebelumnya. Jenis perilaku destruktif ini seringkali muncul sebagai mekanisme penanggulangan terhadap stres dan trauma masa lalu, meskipun pada akhirnya malah memperburuk situasi.

Penyebab Self-Sabotage:

Masa Kecil yang Sulit: Tumbuh dalam keluarga tanpa dukungan dapat membentuk pola self-sabotage. Jika dulu dianggap tidak berarti atau tidak mampu, keyakinan negatif tersebut bisa menghantui hingga dewasa, membuat seseorang pesimis dan cenderung gagal.

Rendah Diri: Citra diri yang negatif dan rendah diri meningkatkan risiko self-sabotage. Orang dengan pandangan buruk terhadap diri sendiri cenderung membenarkan keyakinan negatif mereka. Mereka bahkan mungkin menciptakan kegagalan sebagai cara untuk membenarkan keyakinan tersebut.

Disonansi Kognitif: Disonansi kognitif terjadi saat seseorang mengalami ketidaknyamanan mental karena menghadapi dua pikiran yang bertentangan. Misalnya, perasaan takut pada kestabilan pernikahan karena latar belakang keluarga yang disfungsional.

Contoh Perilaku Self-Sabotage:

Praktisi kesehatan mental mengidentifikasi beberapa contoh perilaku self-sabotage yang umum:

Menunda-nunda: Orang yang melakukan self-sabotage sering kali cenderung menunda-nunda, menunjukkan bahwa mereka tidak siap atau menunda hasil yang positif. Motifnya seringkali berasal dari ketakutan akan kegagalan atau ketidaknyamanan yang mungkin timbul dari kesuksesan.

Perfeksionisme: Meskipun tampaknya positif untuk mencapai segala sesuatu dengan sempurna, perfeksionisme dapat menjadi bentuk self-sabotage. Ketika kesalahan terjadi, orang yang perfeksionis cenderung merasa gagal dan berpotensi mengalami depresi.

Mengenali pola self-sabotage adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebabnya, seseorang dapat mengambil langkah-langkah positif menuju perubahan dan mencapai tujuan tanpa terhalangi oleh diri sendiri.

 

IFRAME SYNC
-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f