Terkendala Pemasaran, KUB Anggrek Berhenti Produksi VCO : Peluang dan Tantangan UMKM Natuna
NATUNA (marwahkepri.com) – Sejak dahulu, komodoti kelapa merupakan salah satu sektor penyokong ekonomi masyarakat di kabupaten Natuna, selain menjadi nelayan.
Potensi tanaman berakar serabut tersebut sangat menjanjikan. Pada tahun 2022, luas tanaman perkebunan kelapa di Natuna mencapai 9.716 hektar, sedangkan produksinya mencapai 61.71 ton.
Sayangnya, masyarakat lebih cenderung menjual kelapa bulat kepada para pengepul, ketimbang mengolahnya menjadi komoditi bernilai ekonomis lebih tinggi.
Apa yang dilakukan masyarakat bukan tanpa alasan, disamping tidak membutuhkan banyak pekerjaan, uang dari hasil penjualan kelapa lebih cepat didapatkan.
Namun demikian, sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai lebih. Hal ini karena kelapa dikenal mempunyai banyak produk turunan.
Selain diolah menjadi kopra, kelapa juga bisa dimanfaatkan untuk membuat aneka produk lainnya, salah satunya adalah Virgin Coconut Oil (VCO) atau yang biasa disebut minyak kelapa murni.
Proses pembuatan VCO terbilang sederhana, namun nilai jualnya di pasaran justru cukup tinggi. Sebab, ia mengandung segudang manfaat untuk kesehatan.
Di kabupaten Natuna sendiri, komoditi ekspor ini sudah pernah diproduksi oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Anggrek, di bawah binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
Namun saat disambangi pada Selasa, 24 Oktober 2023, ternyata rumah produksi milik KUB Anggrek yang berada di Jalan Batu Kucing, Beringin Jaya, Desa Sepempang, sudah tidak beroperasi lagi.
Akan tetapi, berkat bantuan warga sekitar, akhirnya kami berhasil menghubungi Abdul Razak selalu ketua KUB Anggrek. Ia kini berdomisili di Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara.
Kepada media ini, Abdul Razak menceritakan, bahwa usaha pengolahan VCO tersebut dibuka pada tahun 2007. Namun akhirnya kandas setelah beroperasi sekitar 5 tahun lamanya.
Razak pun menjelaskan, penyebab utama berhentinya produksi minyak berbahan kelapa itu, karena terkendala pemasaran. Selama ini produknya hanya menjangkau pasar lokal.
“Pemasaran menjadi kendala utama kita. Selama operasi pemasarannya cenderung untuk pasar lokal. Kadang-kadang ada juga kita kirim ke Tanjung Pinang dan Batam, tapi tak banyak,” ucapnya via telepon seluler.
Pada awalnya kata dia, KUB Anggrek beranggotakan belasan orang. Tetapi dipertengahan jalan banyak yang mundur karena pemasaran tidak berjalan dengan baik.
Kendati anggotanya banyak keluar, Razak tidak putus asa, ia berusaha menjalankan usaha tersebut bersama keluarganya walaupun akhirnya tetap kandas.
“Kalau saya tak salah tutup pada tahun 2012 yang lalu. Tapi walaupun disana sudah tutup, sekarang saya buat sendiri di Kelarik,” ujar pria paruh baya tersebut.
Lebih lanjut Razak menyampaikan, saat itu pembuatan minyak kelapa murni dilakuan secara manual. Hanya proses pemarutan kelapa yang menggunakan mesin.
Razak tidak menampik, sebenarnya peluang usaha ini sangat menjanjikan secara ekonomi. Namun demikian, perlu dukungan pemerintah untuk pemasarannya.
Ia berharap ada perhatian pemerintah daerah terhadap usaha ini. Sebab, selain masih potensial dikembangkan di Natuna, nilai ekonominya juga lebih tinggi.
“Sekarang itu kendala utamanya pemasaran. Â Kita siap produksi kembali berapapun kebutuhannya. Karena kemarin sudah banyak juga yang kita latih untuk buat vco itu, jadi mereka juga siap membantu,” pungkasnya.
Kepala bidang Koperasi dan Usaha Mikro Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro (Disperindagkopum) Natuna, Bina Sofania, membenarkannya.
Menurutnya, sampai saat ini pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Natuna masih terkendala dalam pemasaran.
“Untuk pengembangan UMKM kita masih terkendala pemasaran, salah satu faktornya karena biaya transportasi ke luar daerah yang mahal,” katanya ketika dikonfirmasi, Rabu (25/10/2023).
Kendati demikian, Bina mengatakan, pihaknya terus mendorong UMKM agar semakin berkembang dengan cara mengikuti pameran, baik di dalam maupun di luar Natuna.
Kata dia, agar UMKM Natuna semakin dikenal khalayak ramai, para pelaku usaha juga harus memperbaiki kemasan produk sehingga dapat bersaing di pasar nasional.
“Kita akan terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Namun di satu sisi, kita harapkan kepada para pelaku usaha agar membuat kemasan yang bagus dan menarik,” sebutnya.MK-nang
Redaktur : Munawir Sani