Negara Tekor, Masyarakat Habiskan Rp 52 Triliun di Luar Negeri
JAKARTA (marwahkepri.com) – Liburan panjang, pelonggaran mobilitas setelah pandemi Covid-19, dan dibukanya kembali ibadah haji telah menyebabkan peningkatan jumlah warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri. Namun, hal ini juga berdampak pada pengeluaran jasa perjalanan serta menyebabkan berkurangnya tabungan dan simpanan valuta asing (valas) masyarakat.
Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dari Bank Indonesia (BI), pengeluaran jasa perjalanan wisatawan nasional (wisnas) mencapai angka US$ 3,378 pada kuartal II-2023. Nilai tersebut setara dengan Rp 51,65 triliun (dengan kurs US$1= Rp 15.290). Artinya, dalam waktu tiga bulan saja (April-Juni), warga Indonesia yang berada di luar negeri menghabiskan setidaknya Rp 51,65 triliun dalam perjalanan ke luar negeri.
Pengeluaran wisatawan Indonesia ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan kuartal I-2023 yang tercatat sebesar US$ 2,4 miliar. Menurut catatan BI, pengeluaran jasa perjalanan wisnas pada kuartal II-2023 adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2014 atau 10 tahun terakhir. Jumlah ini juga melampaui rekor sebelum pandemi, yakni US$ 3,373 miliar pada kuartal II-2019.
“Peningkatan pengeluaran jasa ini disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran wisnas selama kunjungan ke luar negeri, terutama dalam rangka ibadah haji,” tulis BI dalam laporan NPI kuartal II-2023.
Periode April-Juni 2023 memiliki banyak momen libur panjang dan juga ibadah haji. Libur panjang Idul Fitri jatuh pada akhir April, libur Idul Adha pada akhir Juni, dan penyelenggaraan ibadah haji dari pertengahan hingga akhir Juni tahun ini.
Data BI menunjukkan bahwa pengeluaran jasa perjalanan biasanya berada dalam kisaran US$ 1-2 miliar. Namun, angka ini mengalami penurunan drastis pada periode 2020-2022 akibat pandemi Covid-19.
Pada kuartal II-2020, pengeluaran jasa perjalanan wisnas bahkan hanya mencapai US$ 92 juta. Pandemi Covid-19 yang dimulai pada Maret 2020 mengakibatkan banyak negara memberlakukan lockdown, membatasi perbatasan internasional, dan menutup layanan penerbangan.
Meskipun angka pengeluaran jasa perjalanan sempat mengalami kenaikan, namun kembali merosot menjadi US$ 77 juta pada kuartal III-2021 saat Indonesia menghadapi gelombang Delta dan menutup perbatasan internasional.
Pengeluaran wisnas yang meningkat juga tercermin dari data simpanan berjangka atau deposito serta tabungan valas warga Indonesia. Data BI menunjukkan bahwa tabungan valas RI mengalami kontraksi sebesar 7,7% (year on year/yoy) pada bulan Juni tahun ini, dan terus berkurang hingga Juli. Deposito valas juga mengalami kontraksi sebesar 0,6% per Juni 2023.
Sementara itu, penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia terus meningkat. Pengeluaran wisnas di Indonesia untuk membayar jasa mencapai US$ 3,2 miliar pada kuartal II-2023. Ini adalah nilai tertinggi sejak kuartal IV-2019.
Besarnya pengeluaran jasa wisnas di luar negeri menjadi salah satu faktor defisit dalam transaksi berjalan pada sektor ekspor jasa. Pada kuartal II-2023, transaksi berjalan mencatat defisit sebesar US$ 1,93 miliar, yang merupakan defisit pertama dalam tujuh kuartal terakhir sejak kuartal II-2021. MK-cnbc
Redaktur : Munawir Sani