Dialog Bersama Suigwan, Petani Sampaikan Kekhawatiran Imbas Penggusuran Produsen Pupuk Kandang dan Kenaikan Bongkar Muat
BATAM (marwahkepri.com) – Sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Bunga Mawar dan Kelompok Tani Bunga Melati menyampaikan kekhawatiran atas akibat penggusuran produsen pupuk kandang di Kecamatan Galang, Kota Batam.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan para petani dalam kegiatan silahturahmi bersama anggota DPRD Provinsi Kepri, Suigwan, pada Pendopo Kelompok Tani Bunga Melati, Kelurahan Sei Binti, Sagulung, Kota Batam, Jum’at (11/8/2023) lalu.
Hidayat Ilahi selaku Ketua Kelompok Tani Bunga Melati Sei Binti menilai, penggusuran produsen pupuk kandang diperkirakan akan menganggu rantai ekonomi baik untuk pentanian maupun penyedia hewan ternak di Barelang.
“Pengusuran kandang ternak ayam yang ada di Barelang tentu akan berdampak pada penyediaan pupuk kandang karna petani kota Batam itu mayoritas menggunakan pupuk kendang, Sementara pasokan dari pupuk kandang ini 100 persen kami butuhkan dari Barelang,”jelas Hidayat.
Secara mendalam pihaknya mejelaskan, bahwa kehadiran pupuk kandang sangat efektif di banding pupuk kompos sebab pupuk tersebut memiliki kandungan humus berlebih untuk menyeimbangkan kadar bauksit yang tinggi seperti kebanyakan tanah di Kota Batam.
Disamping itu pula, pupuk kandang menduduki harga jual yang ekonomis untuk dapat dijangkau para petani Batam.
“Jadi petani di Batam bertahan dengan biayanya cukup besar karena sturktur tanah di batam berbeda, kandungan humus yang ada di kota Batam jauh lebih sedikit dibanding pulau Jawa, Medan dan Pekanbaru, Sehigga pupuk kendang menjadi pilihan utama untuk memperbanyak humus.”rincinya.
Hal Senada juga disampaikan Ketua Gerbang Tani Kepri, Edwin K Nugroho, dihadapan Suigwan dan petani dirinya menyampaikan rasa takut yang sama akibat imbas peniadaan penyedia pupuk kandang.
“Hal ini jelas berdampak pada harga pupuk terlebih harga sembako yang akan semakin naik. Kalo pemerintah tidak memberikan lahan alokasi sebagai solusi, tentunya ini akan menghambat rantai perekonomian kota Batam,”paparnya.
Bukan tanpa alasan pihaknya memperhitungkan, setidaknya sebanyak 5 Ton pupuk kandang dibutuhkan guna menyuburkan 300 hektar luas tanah pertanian di Batam per tiga bulan.
Selain itu, hal tersebut juga diperkirakan berdampak pada harga panen yang nantinya tidak bisa bersaing dengan produk sayur luar dikarenakan harga produksi budi daya tani yang tinggi.
“Pemerintah harus mengerti, seperti teman-teman (petani) katakan: lalu untuk apa Dinas Pertanian kota Batam apabila tidak bisa melindungi pertani. Nantinya harga panen murah karna tidak bisa bersaing secara kualitas dan harga, karna Vietnam dan Thailand dapat memberikan harga lebih murah,”lanjutnya.
Di satu sisi Edwin juga berpandangan bahwa wacana kenaikan harga bongkar muat turut membuat ‘kerdil’ petani. Dirinya berharap pemerintah mempertimbangkan perubahan harga tersebut dengan melihat sisi pandang petani maupun pedagang kecil menegah yang menggantungkan diri dari ekspor barang luar Batam.
“Kalo bisa pemerintah bijaksana untuk memberikan patokan khusus untuk harga bongkar muat, seperti di Thailand dan Vietnam. Mereka kalo ekspor malah makin murah biaya pengirimannya. Dan membeli (hasil panen) ke petani dengan cost yanglebih besar. Saya yakin sirkulasi perputaran uang ke petani juga baik.”harapnya.
Terakhir, Pihaknya melalui Gerbang Tani menyatakan siap menyokong pemerintah kota maupun provinsi untuk memenuhi peyediaan hasil panen serta membantu Dinas Pertanian untuk menjadi penyuluh swadaya bagi para petani.
“Gerbang Tani melalui PKB siap memantu program Provinsi untuk menjadi penyuluh swadaya,”Pungkas Edwin. MK-r/Bora/Advetorial
Redaktur: Munawir Sani