
BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun 2023 akan lebih kering dibandingkan periode 3 tahun terakhir. (Foto: net)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Gelombang panas sudah terjadi di beberapa negara Asia Tenggara dan Asia Selatan sejak bulan April lalu. Suhu hingga melebihi 40 derajat Celcius bisa dirasakan di negara-negara seperti Thailand, India, Laos, hingga Myanmar.
Lalu, bagaimana dengan nasib Indonesia?
Krisis iklim memang buat waswas penduduk bumi karena dampaknya sangat merugikan makhluk hidup. Dilansir dari CNBC Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau tahun 2023 akan lebih kering dibandingkan periode 3 tahun terakhir, sebagaimana dijelaskan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Tentu hal ini berkaitan dengan krisis iklim dan El Nino yang dampaknya begitu dirasakan.
Mengutip Detik Edu, Sekretaris Jendral World Meteorological Organization (WMO) Petteri Taalas menjelaskan El Nino kemungkinan besar membawa lonjakan baru dalam pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu baru.
Akibat fenomena El Nino, curah hujan pun berkurang untuk periode waktu cukup lama. Bukan hanya terasa lebih kering, BMKG juga memprediksi musim kemarau 2023 datang lebih awal dengan puncak pada Agustus 2023 dan berdampak pada puluhan provinsi di Indonesia.
Dari prediksi BMKG tersebut, kita perlu waspada akan kekeringan yang dapat melanda Indonesia.
El Nino yang memperparah musim kemarau dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Petani pun turut terancam gagal panen akibat kekeringan.
Melihat banyaknya sektor yang terdampak, mulai dari sumber daya air hingga kebencanaan, Dwikorita menegaskan pentingnya langkah antisipatif untuk meminimalisirnya.
“Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi,” jelas Dwikorita.
Ia pun mengajak masyarakat untuk panen air hujan selama masih berlangsung sebagai langkah antisipasi tersebut. MK-mun
Redaktur: Munawir Sani